SATUJOMBANG.COM – Dilansir dari disperta.jombangkab.go.id kedelai adalah salah satu komoditas penting di Indonesia. Berbagai produk olahan dari kedelai telah ada sejak lama, seperti tahu, tempe, keripik, tepung, dan minuman, yang sudah akrab dalam kehidupan sehari-hari. Tahu dan tempe bahkan menjadi makanan pokok bagi masyarakat karena harganya yang terjangkau dan kandungan gizinya yang tinggi. Beberapa ahli menyebutkan bahwa kandungan protein tempe sebanding dengan daging. Dengan harga yang relatif murah, tempe semakin populer, bahkan hingga mancanegara. Di Jombang, terdapat olahan kedelai yang khas, yaitu “Tahu Pong,” yang memiliki rasa unik dan menarik. Tekstur lembut berwarna putih yang menyerupai susu memberi julukan “tahu susu” pada produk ini. Kini, produsen tahu pong mulai bermunculan di Kabupaten Jombang, dengan berbagai merek yang mulai menjangkau pasar di daerah lain.
Banyaknya permintaan kedelai saat ini dan di masa depan mendorong pemerintah untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya. Upaya ini dilakukan melalui berbagai program seperti Sekolah Lapang dan demplot. Di Jombang, sudah banyak varietas kedelai yang dikembangkan, meskipun luas tanamnya masih bersaing dengan komoditas lainnya. Ketua Kelompok Tani Ceweng, Imam Safi’i, menyatakan bahwa panen kedelai di Desa Ceweng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, kali ini berlangsung di lahan miliknya seluas sekitar 1 hektar, dari total luas tanam kedelai di Kelompok Tani Ceweng yang mencapai 10 hektar. Varietas kedelai yang ditanam di sana adalah Anjasmoro, yang dikenal memiliki biji besar, ketahanan sedang terhadap karat daun, dengan potensi produksi mencapai 3 ton per hektar dan rata-rata produksi sebesar 2,25 ton per hektar.
Hasil ubinan panen kedelai di Kelompok Tani Ceweng mencapai 2,1 ton per hektar. Teknologi yang diterapkan di kelompok tani ini meliputi penanaman yang dimulai pada Juli 2017 dengan sistem tanam tugal berjarak 35×15 cm. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk Phonska sebanyak 70 kg per hektar yang diberikan bersamaan dengan saat penanaman. Pengairan dilakukan sekitar empat kali, tergantung kondisi tanah, karena kelebihan air dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dilakukan dengan memantau kondisi hama dan penyakit yang menyerang. Panen kedelai dilaksanakan ketika tanaman berusia 90 Hari Setelah Tanam (HST), ditandai dengan daun yang menguning dan mulai rontok. Setelah tanaman dinyatakan siap panen, proses panen dilakukan secara manual dengan memotong pangkal batang (dicabut), kemudian dijemur hingga batang dan kulit polong kedelai kering sebelum dilakukan perontokan.
Menurut Harir, PPL setempat menjelaskan bahwa teknologi pertanian yang diterapkan harus sesuai dengan spesifikasi lokasi, dan panen sebaiknya dilakukan saat tanaman telah mencapai kematangan fisiologis. Jika panen dilakukan terlalu awal, banyak biji muda yang akan menjadi keriput saat kering dan tidak tahan lama saat disimpan. Sebaliknya, panen yang terlambat dapat menyebabkan biji berkecambah, berjamur, busuk, dan berkutu, serta kehilangan biji akibat polong yang pecah. Tanda-tanda bahwa tanaman siap dipanen antara lain: 1) daun menguning, 2) polong mengering dan berwarna coklat, 3) tanaman sudah matang dengan tingkat kematangan ≥ 90%, 4) kulit polong mudah dikupas. (Lely)