Oleh: Daniel Mohammad Rosyid
SAAT INI Kabinet presiden terpilih Prabowo sedang disusun. Saya tidak akan berkomentar soal ukuran kabinet dan personilnya. Saya hanya ingin memeriksa apakah kabinet ini punya visi maritim atau tida
Pak Prabowo mungkin berpikir yang memilih beliau hingga menang 54% lebih dalam Pilpres 2024 yg lalu adalah manusia, bukan ikan. Pak Prabowo mungkin berpikir bahwa memerintah di darat dan laut itu sama saja. Cukup satu menteri koordinator kemaritiman seperti zaman Luhut yg sibuk mengurusi banyak hal kecuali kemaritiman. Karena ikan nggak bisa protes, ngurus ikan lebih gampang. Jadi bisa diurus sambil lalu. Nggak perlu serius.
Nabi mengatakan, kalau mau kaya, kau harus dagang. Nggak perlu punya sumberdaya alam yg melimpah. Yg penting kau bisa dagang batu bara, emas, nikel, kopi, dan sawit. Kau kuasai pasarnya. Kau tentukan harganya. Kau kuasai cara pembayarannya.
Untuk menjadi pedagang besar, kau harus punya armada dagang yg membawa barang daganganmu ke mana-mana. Ongkirnya harus masuk kantongmu. Kalau masuk ke kantong pelayaran asing, untungmu tergerus nyaris habis. Lalu Rupiahmu mudah dipermainkan mitra dagangmu. Lebih baik barter daripada dibayar uang kertas yg bisa dicetak out of thin air. Beli pesawat atau kapal induk, bayar dengan ikan atau batubara.
Menjadi negara maritim adalah geostraegic default bagi negara kepulauan ini. Sedangkan kepentingan maritim adalah kepentingan trade and commerce. China tidak mau menjadi manufacturer of the world saja. Sejak 10 tahun silam, China sudah memutuskan untuk menjadi transporter of the world. Menjadi negara maritim walaupun secara geografis China adalah negara benua seperti AS.
Adalah Belanda yg tidak saja berhasil menjajah Nusantara dengan menguasai perdagangan antar-pulau di Nusantara, tapi juga membangun perusahaan pelayaran yang membawa rempah2 Indonesia ke seluruh dunia.
Belanda berhasil menggeser Spanyol sebagai adidaya dengan menjadi pedagang hasil2 pertanian, perkebunan, dll dari Indonesia dan menyebarkannya ke seluruh dunia dengan kapal2 berbendera Belanda. Kongsi dagang Belanda, VoC, pernah menjadi kongsi dagang terkaya di dunia.
Belanda, sebelum digeser Inggris, menjadi adidaya dengan menciptakan pasar modal yg pertama di dunia. Perusahaan2 Belanda menjadi besar tidak dengan berhutang, tapi dengan menggunakan pasar modal untuk membiayai operasi nya di seluruh dunia.
Untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah, anehnya, Kabinet ini masih kabinet yg justru berpotensi menderita penyakit Belanda yg diderita negara2 jajahannya. Terlalu sibuk mengelola komoditi, tapi lupa mengelola perdagangannya dengan menjadi negara maritim.
Prabowo pernah mengatakan bahwa dia adalah pelanjut Jokowi. Dulu Jokowi pernah menggagas Indonesia Poros Maritim Dunia. Sayang di tangan LBP, gagasan itu kemudian redup. Kini di tangan Prabowo, gagasan itu mungkin mati sama sekali. **
- Penulis adalah Guru Besar Fakultas Teknik Kelautan ITS Surabaya