Budaya  

Kentrung, Salah Satu Seni Lisan Jombang

SatuJombang.com – Seni kentrung tersebar di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Jawa Timur, kentrung berkembang di daerah kebudayaan Pesisir Wetan (Tuban) dan Mancanegari (Blitar, Kediri, Tulungagung, dan Ponorogo).

Seni kentrung masuk Jombang dari Nganjuk. Sekitar tahun 1940-an, Dalang Jiran dari Sanggrahan mengamen di Jombang. Dari situ, Sanawi orang Jombang nyantrik dan ikut ngamen menjadi panjak. Setelah bisa mandiri, Sanawi menjadi dalang kentrung. Panjak-panjaknya direkrut dari para tetangganya di Dusun Jatimenok.

Tahun 1960-an, kentrung mengalami perkembangan cukup pesat oleh dalang Badri yang juga anak Sanawi.

Seni kentrung Jombang hanya terdiri dari dalang dan panjak. Instrumen kentrungnya antara lain ketipung yang memanjang, terbang atau rebana, cimplung bulat dan kendang.

Cerita kentrung berisi pesan-pesan baik dari berbagai sumber. Mulanya, cerita tentang para nabi yang terdapat di dalam Serat Anbiya. Kemudian ada cerita-cerita Arab-Parsi. Juga ada cerita menak dan cerita yang diambil dari sejarah Jawa. Perkembangan cerita kentrung terjadi karena tuntutan masyarakat yang menginginkan cerita suasana mistis.

Pembawaan cerita seringkali dituturkan oleh dalang berupa narasi atau dialog, sementara panjak memberi selingan berupa parikan.

Pemain kentrung Jombang hanya terdiri dari dalang dan panjak. Dalang bertugas bercerita di hadapan pendengar dengan iringan musik kendang atau terbang. Panjak bertugas memberikan selingan berupa parikan dan tingkahan dengan menabuh instrumen ketika cerita dari dalang kentung berlangsung[1].


[1] Hutomo, Suripan Hadi. Cerita Kentrung Sarahwulan di Tuban. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Hal 29

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *