Desa Mentoro, yang terletak di Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, memiliki reputasi unik sebagai “Kampung Martabak.” Tidak hanya itu, desa ini juga menjadi pusat kegiatan keagamaan yang terkenal, yaitu Pengajian Padhang Mbulan. Acara ini adalah forum pengajian yang diprakarsai oleh budayawan terkenal Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), yang diadakan secara rutin dan menarik perhatian ribuan jamaah dari berbagai daerah. Kombinasi antara kegiatan spiritual, budaya, dan kuliner menjadikan Desa Mentoro sebuah destinasi yang istimewa di Jombang.
Secara geografis, Desa Mentoro terdiri dari satu dusun, yakni Dusun Mentoro, dengan luas wilayah yang relatif kecil. Desa ini memiliki sekitar 2.800 penduduk yang tersebar dalam 900 keluarga. Meskipun kecil, komunitas di desa ini sangat erat dan memiliki semangat gotong royong yang kuat. Selain bertani, banyak penduduknya yang dikenal sebagai pedagang martabak, sebuah profesi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Profesi ini menjadikan Mentoro terkenal tidak hanya di Jombang, tetapi juga di berbagai wilayah lain di Indonesia.
Dari sisi sejarah, Desa Mentoro memiliki cerita menarik. Salah satu tokoh yang dikenal sebagai pendiri desa ini adalah Ki Ronopati, yang diyakini masyarakat sebagai sosok yang membabat alas atau membuka lahan Desa Mentoro. Menurut cerita yang beredar, Ki Ronopati meninggal setelah dihukum gantung pada zaman penjajahan Belanda. Selain itu, di desa ini juga terdapat beberapa situs bersejarah, seperti batu bertuliskan bahasa Jawa Kawi, Cancang Kapal berupa batu kotak besar yang menancap dalam tanah, dan Kedung Bajul, yang menunjukkan bahwa Mentoro memiliki sejarah panjang sejak era Kerajaan Majapahit.
Desa Mentoro juga melahirkan tokoh besar yang sangat dihormati, yaitu Emha Ainun Nadjib atau lebih dikenal sebagai Cak Nun. Ia adalah seorang budayawan, penyair, dan pemikir Islam yang dikenal luas di Indonesia. Melalui forum Padhang Mbulan, Cak Nun tidak hanya menyampaikan nilai-nilai agama, tetapi juga mengajarkan harmoni sosial, budaya, dan kebangsaan. Kehadiran Cak Nun di Mentoro menjadi daya tarik tersendiri, yang menjadikan desa ini bukan hanya dikenal secara lokal, tetapi juga nasional.
Kuliner khas Desa Mentoro yang paling menonjol tentu saja adalah martabak. Banyak penduduk desa yang menjadi pedagang martabak, dan keterampilan ini telah menjadi identitas unik mereka. Setiap bulan Agustus, Festival Martabak digelar sebagai bentuk syukur atas keberkahan dan sekaligus untuk mempererat persaudaraan antarwarga. Festival ini menjadi ajang yang dinantikan tidak hanya oleh penduduk lokal, tetapi juga wisatawan yang ingin menikmati kelezatan martabak khas Mentoro.
Untuk berkunjung ke Desa Mentoro, Anda dapat menempuh perjalanan dari Kota Jombang yang berjarak sekitar 15 kilometer ke arah timur laut. Akses jalan menuju desa ini cukup baik, sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Selain menikmati martabak, pengunjung juga dapat menghadiri kegiatan Padhang Mbulan jika berkunjung pada waktu yang tepat, menjadikan perjalanan Anda ke desa ini penuh makna dan kenangan.
Desa Mentoro adalah perpaduan sempurna antara tradisi, spiritualitas, dan kuliner. Dengan segala keunikannya, desa ini menawarkan pengalaman yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memperkaya jiwa. Jangan lewatkan kesempatan untuk mengenal dan merasakan pesona Desa Mentoro yang penuh inspirasi.