Jasa Kali Brantas bagi Masyarakat Jombang

SatuJombang.com – Bersumber di Batu, Kali Brantas banyak berjasa pada bumi dan masyarakat Kabupaten Jombang. Sungai ini seolah meliuk-liuk sepanjang ±44 km menembus sisi barat daya, lalu ke utara, berbelok ke timur untuk membagi wilayah Kabupaten Jombang jadi dua bagian. Jika dihitung, pemisahannya kira-kira bagian 24 persen dan dan bagian selatan 76 persen.

Memanfaatkan sungai ini, Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PERUMDAM) Tirta Kencana memasok air bersih untuk warga Jombang. Salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ini menggunakan air Brantas sebagai bahan baku produk air minum, mengolah dan mendistribusikannya ke seluruh wilayah Kabupaten Jombang. Maka perusahaan ini harus mengelola air baku menjadi air minum sesuai Kepmenkes RI: No. 492/ MENKES/ PER/IV/2010. Tentu pekerjaan ini ditunjang dengan proses, desain, serta SDM yang tepat dalam memproses air.

Selain itu, air Brantas juga untuk irigasi. Antara lain di daerah irigasi Plandaan yang menyuplai air dari Bendung Karet Jatimlerek. Air disalurkan melalui saluran-saluran primer, sekunder, tersier yang dibangun ke petak-petak sawah dengan luas baku 4.549 hektare. Bendung Karet Jatimlerek yang dibangun pada 1991 itu termasuk wilayah Sungai Brantas bagian tengah. Bendungan dengan tipe operasi isian udara ini juga dikenal dengan sebutan ‘dam karet’. Dengan 6 pintu, bendungan ini memiliki lebar dasar 150 meter dan lebar atas 160 meter.

Sungai ini juga bisa menghasilkan Listrik dengan dipasang PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) dan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro). PLTA memanfaatkan ketinggian dan debit air dalam jumlah tertentu sehingga dapat menggerakkan turbin dan generator.  PLTMH mirip PLTA secara prinsip namun ukurannya lebih kecil dan bisa dioperasikan masyarakat umum.

Untuk yang berkapasitas besar, Bendung Karet Jatimlerek memanfaatkan Kali Brantas. Diresmikan tahun 1992, Bendungan Karet Jatimlerek digunakan untuk mengairi persawahan yang terletak di Desa Jatimlerek, Kecamatan Plandaan.

Ini juga bisa menghasilakn Listrik. PLTA Jatimlerek memiliki kapasitas 1,5 mw mampu menghasilkan energi 9,44 juta KwH/tahun[1].

Untuk level lebih kecil, ada sejumlah PLTMH yang dikelola komunitas atau penduduk biasa. Pak Suraji, warga Dusun Pulorejo, Desa Blambangan, Kecamatan Ngoro sebagai salah satu contoh[2]. Pada era pergantian melenium, ia memasang generator dan kincir di sungai tempat ia juga melakukan budidaya air tawar. Maka, ia bisa menikmati listrik layaknya layanan PLN.

Selain itu, sejumlah titik Brantas juga bisa dimantaatkan masyarakat untuk menghasilkan uang. Sebagai jasa transportasi, sejumlah perahu tambangan mengantar masyarakat dari satu titik ke titik lain di wilayah Kabupaten Jombang. Ongkosnya murah-meriah; Rp 5000, boleh juga Rp 2000. Perahunya bisa mengangkut manusia, sepeda motor atau lainnya.

Pemandangan sekitar sungai juga mendongkrak bisnis café. Misalnya, di perbatasan Desa Megaluh, Kecamatan Megaluh, terdapat warung kopi instagramable di tepi sungai Brantas. Nongkrong di You food and Coffee, kastamer bisa mendapat bonus menikmati pemandangan sunset cantik atau berfoto di perahu yang disediakan di tepi sungai.

Juga, tampak pemandangan ‘pelabuhan’ yang menggambarkan lalu-lalang perahu tambangan antara Kabupaten Jombang dan Kabupaten Nganjuk. Setiap hari, pelabuhan di Kecamatan Megaluh ini ramai dengan aktivitas lalu lalang kendaraan menyeberang. Ini alternatif penghubung terdekat antara Jombang yang terbelah Brantas atau Kabupaten Jombang dengan Kabupaten Nganjuk. Beberapa perahu tambangan berukuran cukup besar untuk memuat mobil hingga truk.


[1] https://kominfo.jatimprov.go.id/berita/32366

[2] https://kabarjombang.com/serba-serbi/punya-plta-mini-15-tahun-tak-pusing-bayar-listrik/

Exit mobile version