News  

Serbuan Tikus Bikin Petani Jombang Gagal Panen, Disperta Telusuri Dugaan Asal dari Pabrik

Foto: dokumentasi radarjombang

SatuJombang.com – Tangis para petani di Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang, pecah seiring gagalnya panen jagung yang selama ini mereka andalkan sebagai sumber penghidupan. Hama tikus menyerbu lahan-lahan pertanian dalam jumlah besar, menggerogoti tanaman jagung yang sudah siap panen. Kerugian pun tak terhindarkan. Hasil kerja keras berbulan-bulan kini sirna begitu saja.

Musim tanam kali ini seharusnya menjadi harapan bagi petani untuk meraih hasil maksimal. Namun, kenyataan berkata lain. Tikus menyerbu secara masif, memakan batang hingga biji jagung, membuat petani hanya bisa pasrah menyaksikan ladangnya rusak parah.

Menurut sejumlah petani, fenomena serbuan tikus ini bukan kejadian biasa. Mereka menduga kuat bahwa sumber utama populasi tikus berasal dari sebuah pabrik pengolahan yang berdiri tak jauh dari kawasan persawahan. Sejak pabrik itu beroperasi, para petani mengaku jumlah tikus di lingkungan mereka meningkat drastis. Bahkan, tikus-tikus itu terlihat lebih agresif dan menyebar ke berbagai titik lahan, merusak tanaman pangan yang menjadi andalan warga desa.

“Dulu tidak pernah separah ini. Setelah ada pabrik, tikus-tikus keluar dari area sekitar pabrik dan menyerbu lahan kami. Panen gagal, kami rugi besar,” ujar salah satu petani setempat yang tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya.

Menanggapi keluhan warga, Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Jombang langsung mengambil langkah. Tim dari Disperta turun ke lapangan untuk menelusuri sumber permasalahan dan mendalami dugaan kaitan antara serangan tikus dengan aktivitas pabrik yang disebut warga.

Kepala Disperta Jombang menjelaskan bahwa pihaknya saat ini sedang mengumpulkan data dan bukti di lapangan untuk memastikan asal muasal tikus serta mengidentifikasi pola penyebarannya. Disperta juga tidak menutup kemungkinan melakukan investigasi lebih lanjut jika memang terbukti ada kaitan antara keberadaan pabrik dengan peningkatan populasi tikus di lahan pertanian.

“Kami tidak bisa serta-merta menyimpulkan. Saat ini kami sedang mendalami laporan warga dan mengkaji kemungkinan-kemungkinan yang ada. Jika benar tikus berasal dari kawasan pabrik, tentu akan kami sampaikan kepada pihak terkait untuk ditindaklanjuti,” terang perwakilan dari Disperta.

Selain itu, Dinas Pertanian juga berencana menggelar forum dialog bersama petani, perangkat desa, dan pemilik pabrik guna mencari solusi bersama. Langkah antisipasi seperti pengendalian hama berbasis lingkungan, penggunaan perangkap massal, dan pembersihan area sekitar lahan juga akan dibahas dalam waktu dekat.

Kondisi ini menggambarkan bagaimana satu persoalan lingkungan bisa berdampak luas pada sektor ekonomi masyarakat. Jika tidak segera ditangani, para petani terancam gagal tanam kembali karena kekhawatiran akan serangan hama yang berulang. Mereka berharap pemerintah daerah hadir secara nyata, bukan hanya sebatas datang dan mencatat laporan.

Warga Desa Mojoduwur dan desa-desa sekitar kini menanti tindakan konkret dari pemerintah daerah dan semua pihak terkait. Mereka tak lagi berharap banyak, cukup agar tikus tak lagi merajalela dan hasil panen bisa kembali dinikmati seperti sedia kala.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *