Pendidikan di Indonesia sering kali dihadapkan pada tantangan bagaimana membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga beradab dan bermoral. Salah satu konsep yang relevan dalam konteks ini adalah ta’dib, yang berarti proses pemberadaban atau pendidikan yang menekankan pembentukan adab. Konsep ini menekankan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya berfokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan karakter dan moral peserta didik.
Emha Ainun Nadjib, seorang budayawan dan pemikir Islam terkemuka di Indonesia, menekankan pentingnya ta’dib dalam proses pendidikan. Menurutnya, pendidikan harus mampu membentuk manusia yang beradab, bukan sekadar individu yang sarat dengan informasi. Ia mengkritisi pendekatan pendidikan yang memperlakukan siswa sebagai “gelas kosong” yang hanya siap diisi dengan pengetahuan tanpa mempertimbangkan potensi dan bakat alami yang dimiliki setiap individu. Pendekatan semacam ini cenderung mengabaikan proses internalisasi nilai dan pengembangan karakter.
Dalam praktiknya, ta’dib diterapkan melalui berbagai metode yang menekankan partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Salah satu contohnya adalah kegiatan Ta’dib yang dilaksanakan di SMK Global, sebuah sekolah yang terletak di Desa Mentoro, Jombang. Kegiatan ini dipandu langsung oleh Emha Ainun Nadjib, yang mengajak para siswa untuk menggali potensi diri mereka melalui diskusi, refleksi, dan berbagai aktivitas kreatif. Pendekatan ini berbeda dengan metode konvensional yang cenderung satu arah, di mana guru menjadi pusat informasi dan siswa hanya sebagai penerima pasif.
Konsep “gelas kosong” dalam pendidikan sering kali diartikan bahwa siswa datang tanpa pengetahuan dan siap diisi dengan informasi baru. Namun, pendekatan ta’dib menantang paradigma ini dengan menganggap bahwa setiap individu memiliki potensi dan pengalaman yang dapat menjadi dasar dalam proses pembelajaran. Dalam konteks ini, peran pendidik adalah sebagai fasilitator yang membantu peserta didik untuk mengosongkan diri dari prasangka dan pengetahuan yang tidak relevan, sehingga mereka dapat menerima dan menginternalisasi nilai-nilai baru dengan lebih efektif.
Proses ta’dib juga menekankan pentingnya refleksi dan introspeksi. Setiap sesi pembelajaran diakhiri dengan refleksi di mana siswa diajak untuk merenungkan apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana hal itu mempengaruhi diri mereka. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pengetahuan yang diperoleh tidak hanya berhenti pada tataran kognitif, tetapi juga mempengaruhi sikap dan perilaku sehari-hari.
Penerapan ta’dib dalam pendidikan memiliki implikasi yang luas. Pertama, hal ini menuntut perubahan paradigma dari pendidikan yang berorientasi pada hasil (output-oriented) menjadi pendidikan yang berfokus pada proses (process-oriented). Kedua, peran guru berubah dari sekadar penyampai informasi menjadi pembimbing yang membantu siswa dalam proses pengembangan diri. Ketiga, evaluasi keberhasilan pendidikan tidak hanya diukur dari prestasi akademik, tetapi juga dari perkembangan karakter dan adab peserta didik.
Namun, penerapan ta’dib dalam sistem pendidikan formal di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah kurikulum yang padat dan berorientasi pada pencapaian akademik, sehingga aspek pengembangan karakter sering kali terabaikan. Selain itu, jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas membuat pendekatan personal sulit untuk diterapkan. Oleh karena itu, diperlukan komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, pendidik, dan masyarakat, untuk mengintegrasikan konsep ta’dib dalam sistem pendidikan nasional.
Sebagai kesimpulan, ta’dib menawarkan pendekatan alternatif dalam pendidikan yang menekankan pentingnya pembentukan adab dan karakter. Dengan tidak lagi memandang siswa sebagai “gelas kosong” yang hanya siap diisi, tetapi sebagai individu dengan potensi unik yang perlu dikembangkan, pendidikan dapat menjadi sarana efektif dalam membentuk generasi yang beradab, bermoral, dan berintegritas. Implementasi konsep ini memerlukan perubahan paradigma dan komitmen dari semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan.